Senin, 27 Juni 2011

Modifikasi Honda BeAT, 2008 (Jakarta)

Honda BeAT, Melibas Rangka Custom


Honda BeAT dipacu Syaiful Cibef, M. Ramzi dan Imam Ceper dari Tomo Speed, sukses naik podium 1, 2 dan 3 kelas matik s/d 150 cc. Itu terjadi pada gelaran YSS TDR DID Drag Bike 2011 (1/5) seri 2 di sirkuit Lanud Juanda, Surabaya.

Padahal matik baru jadi 2 minggu. Rela berhadapan dengan skubek sekelas yang konstruksi rangkanya hampir mirip aluminium dan titanium. Apalagi rangka standar BeAT lebih berat 2 kiloan kalau dibanding ubahan.

“Selisih 2 kilo lumayan, bos. Sebab rangka bagian tengah ke belakang pada diganti pipa besi, juga lebih ceper biar enak buat joki. Rangka BeAT cuma papas buntut dan masih terlalu tinggi,” ujar Utomo Tjioe alias Tomo mewakili Muklisin alias Ucin si peracik mesin.

Tapi, Tomo enggak nyerah selisih bobot. Pengalaman di ajang adu kebut lurus telah memberinya pelajaran dan pengalaman baru. Katanya, semua tergantung setingan mesin, bobot joki dan kepiawaian mereka ngebejek gas waktu start.

Makanya waktu turun di trek 201 m eter aspal lahan parkir Lanud Juanda, setingan mesin lebih mengutamakan tenaga putaran tengah ke atas. Hal ini melihat bobot tiga joki yang rata-rata tidak lebih dari 39 kg.

“Kuncinya ada di magnet. Waktu pakai magnet papasan, bawahnya galak, tapi atasnya kurang. Karena bobot joki ringan, mending kejar tenaga di tengah biar atasnya lebih bagus. Meskipun rpm bawah agak digantung biar enggak ngedrop waktu gas dibejek,” aku pemilik speed shop di Bendungan Jago Raya, No. 6-7, Kemayoran, Jakarta Pusat.


Pakai setingan ini kompresi bisa dibikin rendah. Meski tidak diukur, Tomo mengaku hanya membuat jeda kepala piston Sonic 58 mm dan stroke standar, mendem 0,5 mm. Sedang kubah diatur ulang agar payung klep Sonic diameter 24/28 mm bisa bebas naik-turun.

Gerak klep in dan out sendiri diatur kem asal Thailand yang dicustom ulang. Menurut pengakuan Tomo, durasinya tidak diukur tapi tinggi lift 25 mm dan pinggang 19 mm. Tak ayal gas bakar dipasok karbu NSR SP28 dengan spuyer 42/120.

Gas bakar lebih presisi dipantik pengapian standar yang timing dan kurva pengapian diatur CDI Thailand. Sisa gas bakarnya dilepas knalpot TSS.  Duarrr… (motorplus-online.com)

DATA MODIFIKASI
Ban depan : IRC 45/90-17
Ban belakang: Eat My Dust 50/100-17
Roller : LHK 12 gram
Kampas ganda: LHK
Rasio : 14/41
Sok belakang : YSS Suspension
Modifikasi Balap Honda Blade 110

Honda Blade 110, Setingan Cerdik Kuasai GOR Satria


Honda Blade pacuan Alhdila Eka Darma, tidak tertandingi di kelas bebek 4-tak tune-up seeded (MP2), di MotoPrix 2011 Region 2 putaran ke-3 di Purwokerto, Minggu (10/4) lalu. Poin tertinggi diraih setelah race ke-1 di posisi kedua dan race ke-2 dia pemenangnya.

Pembalap andalan tim Honda Daya Denso Showa NHK Jayadi ini mengaku main cerdik saat turun di sirkuit GOR Satria yang berkarakter stop and go. Apalagi cuaca di central of java kadang hujan, mendung dan mendadak terik.

“Dengan spek mesin sama, di trek ini gir reduksi belakang cuma turun 1 mata. Sedang waktu di Kemayoran, gir reduksi pakai perbandingan 13/41. Nggak terlalu banyak sih. Sebab lepas R terakhir, trek lurusnya lumayan panjang,” ujar Rahmat Hidayat alias N-cek mekaniknya.

Cuma di akhir trek lurus, motor harus masuk tikungan patah. Tenaga di rpm bawah enggak boleh habis. Kalau enggak, pintar memainkan rpm, bisa telat.

Turun satu mata gir belakang, dikatakan N-cek juga untuk menyesuaikan bandul kruk-as yang usung magnet Yamaha YZ125. Apalagi diketahui kalau komponen penghasil arus bolak-balik itu, bobotnya tidak lebih dari 600 gram.

Dari situ, tenaga yang dihasilkan mesin kompresi 13 : 1, akan lebih tepat disuplai bensol biru yang punya oktan lebih tinggi. Dapat dilihat kalau power mesin tidak kelihatan terkuras, meski motor bergasing di tikungan patah-patah R4 sampai R6.

Tapi, untuk dapatkan tenaga seperti itu, ubahan di kepala silinder tetap jadi perhatian. Kata N-cek, debit gas bakar diatur kem yang durasinya sudah dibikin merata 272 derajat. Alirannya melintasi payung klep Honda Sonic custom berdiamater 27/23 mm.

“Karena pakai panyung klep gede, sudutnya digeser lebih dalam biar saat overlap enggak mentok ke kepala piston. Cuma soal jaraknya, diserahkan ke Udin, tukang bubut yang biasa geser sudut klep,” lanjutnya.

Nah, lantaran di race ke-2 cuaca agak mendung, untuk main aman setingan spuyer di Mikuni kotak 24 juga diturunkan satu step. “Kalau terik pakai main-jet 155, kemarin jadi 150/27,5 agar hasil pembakaran enggak terlalu basah di bawah,” tutup pria ramah ini. Cerdik. (motorplus.otomotifnet.com)

DATA MODIFIKASI
CDI : BRT I-Max
Knalpot : SND
Busi : Denso Iridium Power
Cakram depan : Daytona
Sok belakang : Showa Prototype 
odifikasi Yamaha Mio 2010 (Thailand)

Mio Thailand Tembus 6,8 Detik

Di kelas Super Open atawa FFA Matik s/d 350 cc, Yamaha Mio yang dibesut Napat Changpai ini tembus 6,8 detik. Itu di event TDR Racing Super Open International (TRSOI) di Sirkuit Tepnakorn, Thailand (11/12). Padahal boleh dibilang teknologi yang diusung tak jauh beda dengan apa yang tunner Tanah Air pakai buat di lintasan lurus 201 meter.

Misalnya, seperti piston. Karena adanya kebebasan isi silinder hingga 350 cc, maka seher diamater 70 mm dipasang ke linner. “Lebih suka pakai piston ini. Karena untuk power lebih bagus dan bisa pakai klep besar,” bilang Witthaya Chamnanwat, mekanik tim Dangmahachai asal Thailand ini.


Memang! Piston besar, tentu juga butuh klep yang juga sesuai kebutuhan gas bakar dan buang. Maka itu, pria yang rambutnya dikelir pirang ini andalkan klep 34 mm (in) dan 30 mm (ex). Begitunya proses laju gas jadi lancar.

Pilihan bahan klep juga enggak sembarang. Witthaya Chamnanwat memilih klep material titanium. Tapi sayang, doi enggak sebutkann apa mereknya.

Hal yang sama juga terjadi di kem! Mungkin takut dicontek atawa ditiru, doi ogah bilang soal bukatutup durasi noken as. “Pokoknya lift klep dibikin jadi 8 mm,” bilangnya.

Lewat pemakaian bore yang membengkak, stroke juga ikut dipanjangkan. Doi menggeser pen kruk as sejauh 13 mm. Itu artinya, naik-turun jadi 26 mm. So, total stroke jadi 83,4 mm.

Dibulatkan, 84 mm. Kapasitas silinder sekarang jadi 323 cc. Buat setang piston, dia andalkan merek TDR yang panjangnya 120 mm. Oh iya! Blok silinder usung yang punya bahan campuran keramik. (motorplus-online.com)


Bicara Hal Lain

Sayang, Witthaya Chamnanwat enggak terlalu mau buka-bukaan banyak soal racikan mesin. Cuma seperlunya doang.

Maklum, karena tidak sedikit pedagang dari Indonesia yang suka beli mesin drag di Thailand. Makanya, dia baru mau cerita keseluruhan jika mesin ini dibeli. Walahhh, pedagang?

Begitunya ada sedikit lagi part yang mau diceritakan. Misalnya, dari CDI. Cukup ndalkan otak pengapian merek AP Itac. Lalu part pengabut bahan bakar dan udara, doi pakai Keihin PWK yang dibuat jadi 34 mm.

Paling terlihat, saluran buang. Pacuan yang sudah punya isi silinder 323 cc ini mengaplikasi leher knalpot diameter besar. Yaitu, 32 mm. So, sisa gas buang yang dihasilkan lancar.

Soal daya tahan engine, bisa dibilang kuat. Karena mesin dipacu tak hanya satu atau dua kali saja. Dengan perbedaan sistem balap seperti di Indonesia, engine bisa dipacu hingga lebih dari lima kali dalam satu kali event lho.

DATA MODIFIKASI
Ban depan : Vee Rubber 60/80-17
Ban belakang : Vee Rubber 45/90-17
Sok belakang : YSS
Kaliper rem : Brembo
Sasis : Aluminium
Modifikasi Yamaha Jupiter-Z 2011

Modif Jupiter Z Juara MP1, Piston Lebih Ringan 5 Gram


Piston forging punya bobot lebih ringan ketimbang piston biasa. Part ini juga yang menjadi andalan di Yamaha Jupiter-Z pacuan Diaz Kumoro Djati. Dengan berat part penggebuk kompresi ruang bakar yang lebih ringan, mesin juga mendapat perlakukan sama.

Piston berdiameter 55,25 mm yang disupport merek TDR selaku sponsor tim, podium pertama di kelas MP1 di MotoPrix Region II seri awal ini pun mudah diraih pembalap Yamaha TDR FDR Federal Oil NHK Yonk Jaya itu.

Menurut Heru ‘Kate’ Hardiyanto selaku tunner tim yang bermarkas di Bandung, Jawa Barat itu selisih bobot berkurang sekitar 5 gram. “Meski hanya sekitar 5 gram, tapi itu sudah bisa pengaruhi kinerja mesin,” jelas pria ramah itu.

Putaran mesin, terutama sejak putaran bawah lebih mudah dikail. Begitu juga untuk putaran atas. Rpm, mesin jadi bisa bermain sedikit lebih tinggi.

Ada kelebihan lain soal aplikasi piston ini. Menurut pria asal Jogja ini, suhu mesin cenderung lebih stabil dan adem. “Karena bobot ringan, mesin jadi tidak bekerja lebih seperti pakai piston biasa,” bilangnya.

Iya dong, kruk as tidak perlu keluarkan tenaga ekstra buat mendorong dan menarik piston. Kondisi ini menguntungkan, karena performa mesin tetap terjaga. Akhirnya power mesin tidak banyak turun meski dipakai lebih dari 10 putaran.

Tapi, tidak banyak penyesuaian yang dilakukan dalam aplikasi piston yang dibuat model tempa itu. Terutama jika bicara soal kompresi mesin. Sebab, tidak seperti piston sebelumnya, piston forging ini memiliki dome cukup pendek. Kondisi ini yang membuat kompresi tidak dimainkan terlalu tinggi. Tapi, cukup 13,5 : 1.

Enteng lho! (motorplus-online.com)


PATOK DURASI 270º


Buat imbangi kinerja mesin ringan, magnet juga ikut disentuh. Kali ini, Heru mengandalkan besi lempengan yang diubah jadi rotor alias magnet. “Beratnya, 475 gram dengan balancer 350 gram,” ungkapnya.

Kondisi ini membuat mesin memiliki torsi lebih besar. Apalagi, seting didukung kem durasi 270º dengan LSA (Lobe Separation Angle) 105º. Lalu, kepala silinder dijejali diameter payung klep 29 mm/ 24 mm. Klep dari merek EE yang dikecilkan lagi diameternya. Semburan bahan bakar didukung karburator Keihin PWK 28 mm. Main-jet diseting 112 dan pilot-jet cukup besar, yaitu 62. “Karena power motor enteng, jadi butuh masukan sedikit besar di putaran bawahnya,” tutup Heru yang alumnus fakultas Pertanian UPN Jojga 1990 itu.

 DATA MODIFIKASI
Ban : Corsa 90/80-17
Klep : EE
Sok belakang : YSS
Knalpot : Yonk Jaya

Modif Yamaha Jupiter Z Juara MP2, Kejar Putaran Bawah


Sirkuit
Stadion Maulana Yusuf yang jadi hajatan pembuka MotoPrix Region II, banyak menawarkan tikungan patah-patah. Tapi, enggak sampai pinggang patah buat menaklukannya. Karakter ini, coba diimbangi Yamaha Jupiter-Z MP2 pacuan Asep ‘Kancil’ Maulana.

Sirkuit patah-patah karakter balap MP, bikin Jupiter-Z ini mengejar putaran bawah-menengah. “Jadi power mesin lebih siap dipakai jelang keluar tikungan,” ujar Agus Budi Susanto yang meracik pacuan Asep Kancil yang gabung di tim Yamaha SND KYT FDR FIM.

Buat mencipta karakter power seperti itu, banyak part yang diunggulkan. Terutama, dari permainan durasi kem. Putaran bumbungan kem dibuat menjadi 275º (in) dan 280º (ex). Lalu, LSA (Lobe Separation Angle) main di 104º.

Dari karakter LSA yang ditawarkan, 104º tergolong bermain sedang. Artinya, lebih cenderung membiarkan power bermain di putaran bawah-menengah. Sehingga, karakter ini yang diharapkan jadi kekuatan mesin dan gaya balap Asep.

Begitunya durasi dan LSA itu ditemani klep milik Honda Sonic. Tapi, diameter payung klep diperkecil lagi. Aslinya 28/ 24 mm, tapi buat mengimbangi piston FIM diameter 52 mm, klep dibuat menjadi 26/ 23 mm. “Sebelumnya coba bertahan di 24 mm. Tapi power yang keluar malah agak kurang galak di bawah,” bilang pemegang gelar Diploma 3 jurusan Otomotif TPKP Jogja.

Apalagi, kompresi mesin diseting hanya bermain di 13,8 : 1. Rasio kompresi ini juga didukung dari pemapasan kepala silinder sekitar 0,3 mm. “Bahan bakar cukup pakai bensol biru saja,” kata tunner yang baru memulai karirnya tiga tahun lalu ini.(motorplus-online.com)

SETING PENGAPIAN

Menemani permainan putaran bawah yang diterapkan, Agus pun coba memaksimalkan lewat ubahan di sektor pengapian. Mengandalkan magnet Yamaha YZ125, magnet dibuat model basah.

Sebagai otak pengapian dipakai CDI Rextor Monster. Tapi, timing dibuat tidak terlalu tinggi. Tertingi diseting 36º di 9.000 rpm dengan pulser 15º sebelum Titik Mati Atas (TMA). Begitunya limiter di CDI bercasing merah ini dipatok di 14.000 rpm.

Karburator Mikuni TM 24 mm juga diandalkan buat dongkrak putaran bawah. Kombinasi main-jet 130 dan pilot-jet 25 membuat kebutuhan jadi terpenuhi. “Dari merek yang lain, karburator ini lebih spontan buat dukung akselerasi putaran bawah,” aku tunner kelahiran Klaten, Jawa Tengah ini.

DATA MODIFIKASI
Ban : Corsa 90/80-17
Disk brake : Daytona
Sok belakang : YSS
Gas spontan : Daytona
Knalpot : SND
Ban Corsa R46 Untuk Pecinta Balap



Menyadari pertumbuhan sepeda motor yang signifikan, PT. Multistrada Arah Sarana, Tbk. terus berinovasi menelurkan produk-produk terbarunya. Kali ini produk ban terbaru berlabel Corsa R46 diciptakan bagi para bikers penggemar kecepatan karena telah menggunakan compound khusus untuk kebutuhan racing.

Corsa R46 merupakan ban jenis tubeless atau tanpa ban dalam yang saat ini baru tersedia dengan ukuran 90/80-17. Namun kedepannya, Multistrada juga menjanjikan akan menghadirkan ukuran lainnya. “Corsa R46 diperuntukan bagi penggemar balap, tapi bukan berarti tidak bisa dipakai harian. Justru image dari balap ini akan cepat nge-trend dan diserap konsumen harian. Keunggulan ban ini juga menggunakan teknologi terbaru 3 in 1 compound dengan riset setahun serta bisa dipakai dalam kondisi basah maupun kering,” ujar Pieter Tanuri, Preisden Direktur Multistrada Arah Sarana Tbk

Untuk harga, Pieter mengaku belum menentukan secara pasti. Namun harganya dipastikan sangat kompetitif dan akan berada di kisaran Rp 250 ribuan. Pieter juga optimis Corsa R46 maupun produk lainnya akan diterima masyarakat, mengingat populasi motor seluruh Indonesia diprediksi mencapai 62 juta unit. “Untuk itu kami akan ekspansi dari 8.000/hari menjadi 16.000 ban/hari. “Harga pastinya akan dilansir di Pekan Raya Jakarta 2010. Kami juga berencana akan mengeluarkan produk baru lagi sekitar 2 – 3 buah sampai akhir tahun 2010,” tutup Pieter.
M. Lulut