Senin, 27 Juni 2011

Modifikasi Honda BeAT, 2008 (Jakarta)

Honda BeAT, Melibas Rangka Custom


Honda BeAT dipacu Syaiful Cibef, M. Ramzi dan Imam Ceper dari Tomo Speed, sukses naik podium 1, 2 dan 3 kelas matik s/d 150 cc. Itu terjadi pada gelaran YSS TDR DID Drag Bike 2011 (1/5) seri 2 di sirkuit Lanud Juanda, Surabaya.

Padahal matik baru jadi 2 minggu. Rela berhadapan dengan skubek sekelas yang konstruksi rangkanya hampir mirip aluminium dan titanium. Apalagi rangka standar BeAT lebih berat 2 kiloan kalau dibanding ubahan.

“Selisih 2 kilo lumayan, bos. Sebab rangka bagian tengah ke belakang pada diganti pipa besi, juga lebih ceper biar enak buat joki. Rangka BeAT cuma papas buntut dan masih terlalu tinggi,” ujar Utomo Tjioe alias Tomo mewakili Muklisin alias Ucin si peracik mesin.

Tapi, Tomo enggak nyerah selisih bobot. Pengalaman di ajang adu kebut lurus telah memberinya pelajaran dan pengalaman baru. Katanya, semua tergantung setingan mesin, bobot joki dan kepiawaian mereka ngebejek gas waktu start.

Makanya waktu turun di trek 201 m eter aspal lahan parkir Lanud Juanda, setingan mesin lebih mengutamakan tenaga putaran tengah ke atas. Hal ini melihat bobot tiga joki yang rata-rata tidak lebih dari 39 kg.

“Kuncinya ada di magnet. Waktu pakai magnet papasan, bawahnya galak, tapi atasnya kurang. Karena bobot joki ringan, mending kejar tenaga di tengah biar atasnya lebih bagus. Meskipun rpm bawah agak digantung biar enggak ngedrop waktu gas dibejek,” aku pemilik speed shop di Bendungan Jago Raya, No. 6-7, Kemayoran, Jakarta Pusat.


Pakai setingan ini kompresi bisa dibikin rendah. Meski tidak diukur, Tomo mengaku hanya membuat jeda kepala piston Sonic 58 mm dan stroke standar, mendem 0,5 mm. Sedang kubah diatur ulang agar payung klep Sonic diameter 24/28 mm bisa bebas naik-turun.

Gerak klep in dan out sendiri diatur kem asal Thailand yang dicustom ulang. Menurut pengakuan Tomo, durasinya tidak diukur tapi tinggi lift 25 mm dan pinggang 19 mm. Tak ayal gas bakar dipasok karbu NSR SP28 dengan spuyer 42/120.

Gas bakar lebih presisi dipantik pengapian standar yang timing dan kurva pengapian diatur CDI Thailand. Sisa gas bakarnya dilepas knalpot TSS.  Duarrr… (motorplus-online.com)

DATA MODIFIKASI
Ban depan : IRC 45/90-17
Ban belakang: Eat My Dust 50/100-17
Roller : LHK 12 gram
Kampas ganda: LHK
Rasio : 14/41
Sok belakang : YSS Suspension
Modifikasi Balap Honda Blade 110

Honda Blade 110, Setingan Cerdik Kuasai GOR Satria


Honda Blade pacuan Alhdila Eka Darma, tidak tertandingi di kelas bebek 4-tak tune-up seeded (MP2), di MotoPrix 2011 Region 2 putaran ke-3 di Purwokerto, Minggu (10/4) lalu. Poin tertinggi diraih setelah race ke-1 di posisi kedua dan race ke-2 dia pemenangnya.

Pembalap andalan tim Honda Daya Denso Showa NHK Jayadi ini mengaku main cerdik saat turun di sirkuit GOR Satria yang berkarakter stop and go. Apalagi cuaca di central of java kadang hujan, mendung dan mendadak terik.

“Dengan spek mesin sama, di trek ini gir reduksi belakang cuma turun 1 mata. Sedang waktu di Kemayoran, gir reduksi pakai perbandingan 13/41. Nggak terlalu banyak sih. Sebab lepas R terakhir, trek lurusnya lumayan panjang,” ujar Rahmat Hidayat alias N-cek mekaniknya.

Cuma di akhir trek lurus, motor harus masuk tikungan patah. Tenaga di rpm bawah enggak boleh habis. Kalau enggak, pintar memainkan rpm, bisa telat.

Turun satu mata gir belakang, dikatakan N-cek juga untuk menyesuaikan bandul kruk-as yang usung magnet Yamaha YZ125. Apalagi diketahui kalau komponen penghasil arus bolak-balik itu, bobotnya tidak lebih dari 600 gram.

Dari situ, tenaga yang dihasilkan mesin kompresi 13 : 1, akan lebih tepat disuplai bensol biru yang punya oktan lebih tinggi. Dapat dilihat kalau power mesin tidak kelihatan terkuras, meski motor bergasing di tikungan patah-patah R4 sampai R6.

Tapi, untuk dapatkan tenaga seperti itu, ubahan di kepala silinder tetap jadi perhatian. Kata N-cek, debit gas bakar diatur kem yang durasinya sudah dibikin merata 272 derajat. Alirannya melintasi payung klep Honda Sonic custom berdiamater 27/23 mm.

“Karena pakai panyung klep gede, sudutnya digeser lebih dalam biar saat overlap enggak mentok ke kepala piston. Cuma soal jaraknya, diserahkan ke Udin, tukang bubut yang biasa geser sudut klep,” lanjutnya.

Nah, lantaran di race ke-2 cuaca agak mendung, untuk main aman setingan spuyer di Mikuni kotak 24 juga diturunkan satu step. “Kalau terik pakai main-jet 155, kemarin jadi 150/27,5 agar hasil pembakaran enggak terlalu basah di bawah,” tutup pria ramah ini. Cerdik. (motorplus.otomotifnet.com)

DATA MODIFIKASI
CDI : BRT I-Max
Knalpot : SND
Busi : Denso Iridium Power
Cakram depan : Daytona
Sok belakang : Showa Prototype 
odifikasi Yamaha Mio 2010 (Thailand)

Mio Thailand Tembus 6,8 Detik

Di kelas Super Open atawa FFA Matik s/d 350 cc, Yamaha Mio yang dibesut Napat Changpai ini tembus 6,8 detik. Itu di event TDR Racing Super Open International (TRSOI) di Sirkuit Tepnakorn, Thailand (11/12). Padahal boleh dibilang teknologi yang diusung tak jauh beda dengan apa yang tunner Tanah Air pakai buat di lintasan lurus 201 meter.

Misalnya, seperti piston. Karena adanya kebebasan isi silinder hingga 350 cc, maka seher diamater 70 mm dipasang ke linner. “Lebih suka pakai piston ini. Karena untuk power lebih bagus dan bisa pakai klep besar,” bilang Witthaya Chamnanwat, mekanik tim Dangmahachai asal Thailand ini.


Memang! Piston besar, tentu juga butuh klep yang juga sesuai kebutuhan gas bakar dan buang. Maka itu, pria yang rambutnya dikelir pirang ini andalkan klep 34 mm (in) dan 30 mm (ex). Begitunya proses laju gas jadi lancar.

Pilihan bahan klep juga enggak sembarang. Witthaya Chamnanwat memilih klep material titanium. Tapi sayang, doi enggak sebutkann apa mereknya.

Hal yang sama juga terjadi di kem! Mungkin takut dicontek atawa ditiru, doi ogah bilang soal bukatutup durasi noken as. “Pokoknya lift klep dibikin jadi 8 mm,” bilangnya.

Lewat pemakaian bore yang membengkak, stroke juga ikut dipanjangkan. Doi menggeser pen kruk as sejauh 13 mm. Itu artinya, naik-turun jadi 26 mm. So, total stroke jadi 83,4 mm.

Dibulatkan, 84 mm. Kapasitas silinder sekarang jadi 323 cc. Buat setang piston, dia andalkan merek TDR yang panjangnya 120 mm. Oh iya! Blok silinder usung yang punya bahan campuran keramik. (motorplus-online.com)


Bicara Hal Lain

Sayang, Witthaya Chamnanwat enggak terlalu mau buka-bukaan banyak soal racikan mesin. Cuma seperlunya doang.

Maklum, karena tidak sedikit pedagang dari Indonesia yang suka beli mesin drag di Thailand. Makanya, dia baru mau cerita keseluruhan jika mesin ini dibeli. Walahhh, pedagang?

Begitunya ada sedikit lagi part yang mau diceritakan. Misalnya, dari CDI. Cukup ndalkan otak pengapian merek AP Itac. Lalu part pengabut bahan bakar dan udara, doi pakai Keihin PWK yang dibuat jadi 34 mm.

Paling terlihat, saluran buang. Pacuan yang sudah punya isi silinder 323 cc ini mengaplikasi leher knalpot diameter besar. Yaitu, 32 mm. So, sisa gas buang yang dihasilkan lancar.

Soal daya tahan engine, bisa dibilang kuat. Karena mesin dipacu tak hanya satu atau dua kali saja. Dengan perbedaan sistem balap seperti di Indonesia, engine bisa dipacu hingga lebih dari lima kali dalam satu kali event lho.

DATA MODIFIKASI
Ban depan : Vee Rubber 60/80-17
Ban belakang : Vee Rubber 45/90-17
Sok belakang : YSS
Kaliper rem : Brembo
Sasis : Aluminium
Modifikasi Yamaha Jupiter-Z 2011

Modif Jupiter Z Juara MP1, Piston Lebih Ringan 5 Gram


Piston forging punya bobot lebih ringan ketimbang piston biasa. Part ini juga yang menjadi andalan di Yamaha Jupiter-Z pacuan Diaz Kumoro Djati. Dengan berat part penggebuk kompresi ruang bakar yang lebih ringan, mesin juga mendapat perlakukan sama.

Piston berdiameter 55,25 mm yang disupport merek TDR selaku sponsor tim, podium pertama di kelas MP1 di MotoPrix Region II seri awal ini pun mudah diraih pembalap Yamaha TDR FDR Federal Oil NHK Yonk Jaya itu.

Menurut Heru ‘Kate’ Hardiyanto selaku tunner tim yang bermarkas di Bandung, Jawa Barat itu selisih bobot berkurang sekitar 5 gram. “Meski hanya sekitar 5 gram, tapi itu sudah bisa pengaruhi kinerja mesin,” jelas pria ramah itu.

Putaran mesin, terutama sejak putaran bawah lebih mudah dikail. Begitu juga untuk putaran atas. Rpm, mesin jadi bisa bermain sedikit lebih tinggi.

Ada kelebihan lain soal aplikasi piston ini. Menurut pria asal Jogja ini, suhu mesin cenderung lebih stabil dan adem. “Karena bobot ringan, mesin jadi tidak bekerja lebih seperti pakai piston biasa,” bilangnya.

Iya dong, kruk as tidak perlu keluarkan tenaga ekstra buat mendorong dan menarik piston. Kondisi ini menguntungkan, karena performa mesin tetap terjaga. Akhirnya power mesin tidak banyak turun meski dipakai lebih dari 10 putaran.

Tapi, tidak banyak penyesuaian yang dilakukan dalam aplikasi piston yang dibuat model tempa itu. Terutama jika bicara soal kompresi mesin. Sebab, tidak seperti piston sebelumnya, piston forging ini memiliki dome cukup pendek. Kondisi ini yang membuat kompresi tidak dimainkan terlalu tinggi. Tapi, cukup 13,5 : 1.

Enteng lho! (motorplus-online.com)


PATOK DURASI 270º


Buat imbangi kinerja mesin ringan, magnet juga ikut disentuh. Kali ini, Heru mengandalkan besi lempengan yang diubah jadi rotor alias magnet. “Beratnya, 475 gram dengan balancer 350 gram,” ungkapnya.

Kondisi ini membuat mesin memiliki torsi lebih besar. Apalagi, seting didukung kem durasi 270º dengan LSA (Lobe Separation Angle) 105º. Lalu, kepala silinder dijejali diameter payung klep 29 mm/ 24 mm. Klep dari merek EE yang dikecilkan lagi diameternya. Semburan bahan bakar didukung karburator Keihin PWK 28 mm. Main-jet diseting 112 dan pilot-jet cukup besar, yaitu 62. “Karena power motor enteng, jadi butuh masukan sedikit besar di putaran bawahnya,” tutup Heru yang alumnus fakultas Pertanian UPN Jojga 1990 itu.

 DATA MODIFIKASI
Ban : Corsa 90/80-17
Klep : EE
Sok belakang : YSS
Knalpot : Yonk Jaya

Modif Yamaha Jupiter Z Juara MP2, Kejar Putaran Bawah


Sirkuit
Stadion Maulana Yusuf yang jadi hajatan pembuka MotoPrix Region II, banyak menawarkan tikungan patah-patah. Tapi, enggak sampai pinggang patah buat menaklukannya. Karakter ini, coba diimbangi Yamaha Jupiter-Z MP2 pacuan Asep ‘Kancil’ Maulana.

Sirkuit patah-patah karakter balap MP, bikin Jupiter-Z ini mengejar putaran bawah-menengah. “Jadi power mesin lebih siap dipakai jelang keluar tikungan,” ujar Agus Budi Susanto yang meracik pacuan Asep Kancil yang gabung di tim Yamaha SND KYT FDR FIM.

Buat mencipta karakter power seperti itu, banyak part yang diunggulkan. Terutama, dari permainan durasi kem. Putaran bumbungan kem dibuat menjadi 275º (in) dan 280º (ex). Lalu, LSA (Lobe Separation Angle) main di 104º.

Dari karakter LSA yang ditawarkan, 104º tergolong bermain sedang. Artinya, lebih cenderung membiarkan power bermain di putaran bawah-menengah. Sehingga, karakter ini yang diharapkan jadi kekuatan mesin dan gaya balap Asep.

Begitunya durasi dan LSA itu ditemani klep milik Honda Sonic. Tapi, diameter payung klep diperkecil lagi. Aslinya 28/ 24 mm, tapi buat mengimbangi piston FIM diameter 52 mm, klep dibuat menjadi 26/ 23 mm. “Sebelumnya coba bertahan di 24 mm. Tapi power yang keluar malah agak kurang galak di bawah,” bilang pemegang gelar Diploma 3 jurusan Otomotif TPKP Jogja.

Apalagi, kompresi mesin diseting hanya bermain di 13,8 : 1. Rasio kompresi ini juga didukung dari pemapasan kepala silinder sekitar 0,3 mm. “Bahan bakar cukup pakai bensol biru saja,” kata tunner yang baru memulai karirnya tiga tahun lalu ini.(motorplus-online.com)

SETING PENGAPIAN

Menemani permainan putaran bawah yang diterapkan, Agus pun coba memaksimalkan lewat ubahan di sektor pengapian. Mengandalkan magnet Yamaha YZ125, magnet dibuat model basah.

Sebagai otak pengapian dipakai CDI Rextor Monster. Tapi, timing dibuat tidak terlalu tinggi. Tertingi diseting 36º di 9.000 rpm dengan pulser 15º sebelum Titik Mati Atas (TMA). Begitunya limiter di CDI bercasing merah ini dipatok di 14.000 rpm.

Karburator Mikuni TM 24 mm juga diandalkan buat dongkrak putaran bawah. Kombinasi main-jet 130 dan pilot-jet 25 membuat kebutuhan jadi terpenuhi. “Dari merek yang lain, karburator ini lebih spontan buat dukung akselerasi putaran bawah,” aku tunner kelahiran Klaten, Jawa Tengah ini.

DATA MODIFIKASI
Ban : Corsa 90/80-17
Disk brake : Daytona
Sok belakang : YSS
Gas spontan : Daytona
Knalpot : SND
Ban Corsa R46 Untuk Pecinta Balap



Menyadari pertumbuhan sepeda motor yang signifikan, PT. Multistrada Arah Sarana, Tbk. terus berinovasi menelurkan produk-produk terbarunya. Kali ini produk ban terbaru berlabel Corsa R46 diciptakan bagi para bikers penggemar kecepatan karena telah menggunakan compound khusus untuk kebutuhan racing.

Corsa R46 merupakan ban jenis tubeless atau tanpa ban dalam yang saat ini baru tersedia dengan ukuran 90/80-17. Namun kedepannya, Multistrada juga menjanjikan akan menghadirkan ukuran lainnya. “Corsa R46 diperuntukan bagi penggemar balap, tapi bukan berarti tidak bisa dipakai harian. Justru image dari balap ini akan cepat nge-trend dan diserap konsumen harian. Keunggulan ban ini juga menggunakan teknologi terbaru 3 in 1 compound dengan riset setahun serta bisa dipakai dalam kondisi basah maupun kering,” ujar Pieter Tanuri, Preisden Direktur Multistrada Arah Sarana Tbk

Untuk harga, Pieter mengaku belum menentukan secara pasti. Namun harganya dipastikan sangat kompetitif dan akan berada di kisaran Rp 250 ribuan. Pieter juga optimis Corsa R46 maupun produk lainnya akan diterima masyarakat, mengingat populasi motor seluruh Indonesia diprediksi mencapai 62 juta unit. “Untuk itu kami akan ekspansi dari 8.000/hari menjadi 16.000 ban/hari. “Harga pastinya akan dilansir di Pekan Raya Jakarta 2010. Kami juga berencana akan mengeluarkan produk baru lagi sekitar 2 – 3 buah sampai akhir tahun 2010,” tutup Pieter.
M. Lulut

Yamaha Jupiter - Z 110 2010, Kuncinya Daya Tahan Mesin


Bermain di Sentul, bukan cuma andalkan power gede. Daya tahan mesin juga penting. Kuncinya terletak pada kompresi, bahan bakar dan timing pengapian,� ujar Hawadis, mekanik Yamaha Yamalube KYT Tunggal Jaya ASH.

Terbukti di seri perdana IndoPrix 2011 di Sentul (26-27/3) lalu, Yamaha Jupiter-Z pacuan Rapid Topan Sucipto terbukti di podium kelas IP1 (110 cc). Memimpin total point setelah berhasil juara 3 di race 1 dan ke 1 di race 2.

Oleh Hawadis yang kelahiran Sampang, Madura itu, rasio kompresi hanya dipatok 12,9 : 1. �Komposisi ini memang rendah dibanding rata-rata yang lain,� lanjut Hawadis dari Jl. Swatirta 28, Tanjung Priok, Jakarta Utara.

Perbadingan kompresi ringan didapat dari piston bore up Izumi 52,0 mm yang kepalanya dibentuk ulang. Kompresi rendah itu karena bensol yang digunakan juga warna biru.

Komposisi spuyer juga diseting agak basah, walau konsekuesinya di lap awal tenaga belum terlihat. Pakai main-jet 275 dan pilot-jet 40 di karbu Mikuni Sudco 24. Debitnya diatur kem yang punya durasi kira-kira 272� untuk klep in dan out.

Termasuk timing atau derajat pengapian. Harus diatur ulang karena bensol biru memiliki oktan yang katanya lebih rendah diabnding hijau. �Menggunakan CDI BRT Super Pro. Maping diseting tertinggi 34�,� jelas Hawadis yang juga mengaku bangga atas hasil karyanya itu.

Begitu capai suhu ideal, komposisi gas bakar pun makin terbakar sempurna. Tidak heran ledakan gas bakar yang makin besar, sudah cukup untuk memutar gir reduksi setingan 16/36 yang diklaim Hawadis memiliki hitungan berat.

Tenaga tetap stabil baik di putaran menengah hingga atas. Menunut Hawadis dipadu magnet dan bandul 500 gram. Konon hal itu untuk mengakali hilangnya tenaga ketika rpm turun saat motor masuk di setiap tikungan. (motorplus-online.com) 

Sukses, Bro!


Knalpot R9

Untuk racik mesin Jupiter-Z Rapid Topan yang cenderung bertenaga di rpm tengah ke atas, Hadawis pun putar otak untuk memaksimalkan power di akselarasi. Komponen yang perlu dimodifikasi ulang saluran gas buang.

Diakui Hawadis, untuk pipa dia memang tetap mempertahankan knalpot asli R9. Diameter pipa dari ujung hingga silincer pas dengan lubang porting inlet yang dibikin berdiameter 24 mm.

�Hanya saja saringan dan sekat di dalam silencer dicustom lagi. Untuk mendapatkan tenaga maksimal di rpm bawah. Tabung silincer dibuat lebih pendek,� tunjuk Hawadis.

Pantas saja Sjafri Ganie yang juragan R9 itu sibuk di Sentul. Rupanya dia sibuk melayani para pemakai R9. Hebat !

DATA MODIFIKASI
 Ban: IRC
Sok belakang: YSS
Cakram: Racing Kit
Kampas: FR
Hawadis: 0813-1979-2999

Mio Jawara Matik 200cc


Seher atau piston CBR kembali berjaya untuk adu kebut lurus aje. Seperti di Yamaha geberan M. Ramji dari Tomo Speed Shop yang juara 1 kelas matik tune-up s/d 200 cc. Pada Day Batlle Enduro KYT Drag Bike di Lanud Wiriadinata, Tasikmalaya, Minggu lalu.

Piston CBR memang ringan. Selain itu bentuknya sudah seperti racing. Lebar badan piston yang bersentuhan langsung dengan boring hanya sedikit. Dengan begitu, gesekan jadi ringan.

Enaknya lagi piston CBR punya ring piston yang tipis. “Jelas mengurangi gesekan dengan liner dan tidak menyedot power mesin,” jelas Utomo Tjioe, bos Tomo Speed Shop yang menurunkan 4 motor di drag bike yang liputannya ada di halaman 23 edisi ini.

Piston CBR150 yang digunakan oversize 50. “Tepatnya ukuran diameter seher jadinya 64 mm,” jelas brother beken dipanggil Tomo yang selalu dekat dengan Otoy dari Banana Speed itu.

Seher CBR150 yang digunakan sengaja hanya yang 64 mm. Karena seher yang asli pabrik Honda maksimal sampai oversize 100. Lebih dari itu piston CBR palsu itu. Karena Honda tidak mengeluarkan oversize segede itu.

Supaya lebih enteng, diperingan lagi. “Caranya badan seher dilubangi. Sekalian untuk membantu pelumasan,” ucap Tomo yang berkacamata itu.

Kemudian kepala seher dipapas bagian pinggirnya. “Supaya mendem 0,3 mm setelah naik stroke 3 mm,” jelas Otoy yang mendampingi Tomo.

Kenaikan stroke ini didapat dengan cara mudah. Cukup dengan menggunakan pen stroke 1,5 mm. Berarti kini stroke total bisa diketahui. Stroke standar 57,9 mm + 3 mm = 60,9 mm. Dengan begitu, kapasitas silinder kita bisa tahu. Dari diameter seher 64 mm dan stroke 60,9 mm. Maka volume silinder jadinya 195,8 cc.

Untuk kepala seher juga bagian pinggirnya dibikin sudut. Agar ketemu dengan squish di kepala silinder yang dibentuk sudut juga. Namun Tomo tidak tahu sudut kemiringan ini. Maklum head dibuat di Thailand.

Head buatan Thai ini mengusung klep 31/27 mm. Ukurannya rada aneh memang. Sebab biasanya menggunakan klep EE yang berukuran 31/25,5 mm. Menurut Tomo, dari sananya begitu. Jadi, gak tahu teorinya.


Di ruang bakar juga ada yang aneh. Kalau hanya dibuatkan squish sih sudah jamak. Tapi, yang ini dilengkapi nat. Seperti di ruang bakar Honda Tiger.

Jadinya kepala seher lebih mendem posisinya. Total jarak antara squish dan bagian atas seher 0,9 mm. Didapat dari pengukuran piston yang mendem 0,3 mm ketika blok dipasang. Ditambah tebal paking head 0,3 dan ditambah lagi nat 0,3 mm. Jadinya pas 0,9 mm.

Untuk suplai bahan bakar cukup menggunakan karburator Keihin PE 28 standar. Tanpa dilakukan reamer. Cukup dibarengi dengan penggunaan pilot-jet 42 dan main-jet 30 mm. Hasilnya motor ini bukan hanya juara 1. Juga sabet gelar juara 3 dan 5 di kelas yang sama dengan joki berbeda.

Kem 19/26

Satu lagi yang membuat korekan Tomo seperti meraba. Durasi bukaan klep tidak tahu. Atau jangan-jangan Tomo tidak bisa menggunakan dial gauge untuk mengukur durasi kem. Kuno banget ya?

Tomo hanya tahu ukuran pinggang kem 19 mm. Sedangkan tinggi bubungan 26 mm. “Soal buka-tutup klepnya saya tidak tahu,” cuap Tomo yang hanya menurukan motor matik di event drag bike Tasikmalaya itu.

Sepertinya motor ini buatan Thailand. Namun menurutnya dikorek di sini. Menurutnya, hanya bahan saja yang dibeli di Thailand.

Kehebatan motor ini sebenarnya bisa dijadikan acuan. Sebab, rangka hanya menggunakan pipa standar. Minim lubang pula.

Tidak seperti lawan-lawannya. Meski masing menggunakan komstir dan underbone standar, tapi bagian buritan sasis banyak yang dicustom. Bahkan ada yang sudah menggunakan bahan aluminium.

Ini full besi, Cuy! (www.motorplus-online.com)

DATA MODIFIKASI
 Ban depan : Eat My Dust 45/90x17
Ban belakang : Eat My Dust 60/80x17
Rumah roler: Fino
Rasio: 15/40
Roller : 9 gram
Paking blok : 1 mm
CDI: Fino
Magnet : Dibubut

Mio Kem Kerbau 8,2 Detik


Sebelumnya, motor ini pernah ditulis MOTOR Plus. Namun belum sampai ngebahas kem yang digunakan seperti kerbau alias gemuk. Itu yang sebenarnya jadi andalan di Yamaha Mio tim Kajito Setia Jaya Racing Team, buat berpacu di lintasan 201 meter.

Memang, sebenarnya profil kem ini banyak dipakai pada pacuan road race. Itu karena profil kem yang dimiliki sama seperti kem Swedia yang dipopulerkan Benny Djatiutomo dari Star Motor.

"Kem ini cocok dipakai untuk mesin yang sudah mengusung klep besar. Profil gemuknya bikin gas bakar yang masuk dan terbuang jadi lebih seimbang,” bilang Sutikno, selaku tunner Mio asal Nganjuk, Jawa Timur.

Lalu, untuk membuat kem kerbau, tunner akrab disapa Cak Tik ini mengambil bahan dari kem milik Honda Genio. Profil tiap bubungan yang ditawarkan punya jarak yang sama seperti kem Mio. Tinggal menyesuaikan panjang keseluruhan.

Selain bentuknya sama, bicara soal bahan juga lebih keras. Ibarat kem mentah. Jadi, kem tidak mudah tergerus pelatuk klep. Dengan bubungan yang sudah gemuk itu, Cak Tik hanya tinggal membuat ulang durasi yang dibutuhkan.

Biasanya, kem kerbau bermain di durasi 270º. Itu diterapkan pria yang sejak tahun 80-an sudah ngulik engine motor ini. Baut klep isap, membuka 32º sebelum TMA (Titik Mati Atas) dan menutup 58º sebelum TMB (Titik Mati Bawah).

Sedang klep buang, membuka 65º sebelum TMB dan menutup 31º sebelum TMB. Total, keduanya bermain di 270º (in) dan 276º. Kalau dihitung LSA (Lobe Separation Angle) dipatok di 105º. Itu artinya, punya karakter bermain power di putaran bawah menengah. Yup, apalagi cuma bermain di jarak 201 meter tuh. Macam kerbau membajak sawah, torsi yang dihasilkan juga kuat dan besar.

Mengaplikasi klep EE5, klep isap dipakai diameter 35 mm dan klep buang 29 mm. Dengan kepala silinder yang sudah dipapas 0,4 mm, lift klep in dipatok 9,9 mm. Sedang klep ex, 9,8 mm. Ini yang bikin aliran gas masuk dan buang jadi imbang.

Tanpa naik stroke, pemakaian piston Honda Tiger oversize 275, menemani kombinasi kem kerbau. Kubah di head silinder dibuat menyesuaikan diameter piston yang dome dibikin 2 mm. “Sengaja lebih mengandalkan piston besar. Tujuannya untuk mengkail putaran bawah agar lebih besar,” beber pria 42 tahun ini.

Besarnya power bawah ini juga dibantu dari pemakaian magnet buatan. Bentuknya, meniru dari magnet Kawasaki KX80. Akhirnya, teknologi yang diusung mampu menghantar Abu Tolip podium utama matik kelas 200 cc di event drag Semarang, Minggu lalu. Waktu yang dicapai 8,2 detik. “Biasanya sih bermain di 8,1 detik,” sergap Cak Tik.

Mantap! (motorplus-online.com)

DATA MODIFIKASI
Ban depan : Vee Rubber 45/90-17
Ban belakang : Eat My Dust 60/80-17
Knalpot : MCC
CDI : Yamaha Fino
Sok belakang : YSS

Modif Yamaha Mio 2008, Hasil Studi Thailand


Hasil studi di Thailand, salah satunya yaitu pemilihan piston. Tidak perlu lagi mengandalkan bore alias piston atau seher besar. Tapi, cukup tiru piston yang banyak digunakan oleh tuner Thailand buat pacuan FFA.

Piston yang dipakai merek LHK diameter 66 mm, coba diandalkan Ismail Harjono, tunner Harmoni Monster Skutik (HMS) asal Solo, Jawa Tengah. Itu hasil belajar tahun lalu ke Thailand, sekalian balapan dengan matik drag sana.

Hasilnya tidak percuma memang. Ismail mampu menghantar Yamaha Mio yang dipacu Rico Boncel ini bertengger di podium terhormat gelaran TDR YSS Comet DID Drag Bike Championship 2011 di Semarang, Minggu lalu.

Trek lurus Sirkuit Tawang Mas, Semarang jadi saksi kehebatan Mio yang sejak penyisihan bertengger terus di 3 besar. “Waktu ke Thailand banyak ngobrol dengan mekanik sana. Coba saya terapkan di motor ini,” ungkap Ismail.

Sebelumnya, Ismail pilih bermain dengan piston 70 mm buat mengejar kapasitas besar. Piston ini memiliki tipe layaknya piston pacuan Special Engine (SE). Bagian bawah piston lebih pendek. Jadi, tidak seperti piston Honda Tiger atau Yamaha Scorpio yang tergolong panjang.

Malah aplikasi bore ini, katanya terjadi banyak perubahan. Yaitu, dari power yang diinginkan. Jika sebelumnya power teriak dan seoalah kehabisan nafas di jarak 30 meter sebelum finish, kini tidak lagi.

Teriaknya mesin, kini bisa melewati garis finish. “Ketika pakai piston 66 mm, sampai finish masih ada sisa power. Ini sebenarnya yang jadi karakter buat matik,” beber Gembor panggilan karibnya.

Pakai piston besar sebenarnya bisa saja mengakali power. Tapi, power bawah berantakan karena kelewat liar. Buat mengejar kapasitas maksimal, piston 66 mm ini dikombinasi dengan panjang stroke 86 mm. Stroke ini hasil dari kruk as bawaan dari Thailand juga. Yup! Sudah terima jadi!

Dengan penggantian setang seher yang memiliki pen kruk as lebih kecil, otomatis big end bisa digeser lebih jauh lagi. Dengan begitu, total isi silinder yang diaplikasi di Mio kelir kinclong ini, menjadi 295 cc. Menurut tunner 32 tahun ini lagi, kapasitas itu sudah dirasa cukup!

Ke Thailand lagi? (motorplus.otomotifnet.com) 

Lebih Besar Exhaust

Menemani isi silinder yang membengkak, klep andalkan 34 mm (in) dan 30 mm (ex). Klep sendiri mengambil dari milik mobil. Lalu diameter dibuat ulang sesuai kebutuhan.

Guna mengatur naik kapan buka-tutup klep, noken as dari mobil Honda Estilo diaplikasi. Durasi dibuat ulang menjadi 275º (in) dan 280º (ex). Kalau dihitung diameter tiap bumbungan, 18,3 mm (in) dan 18,4 mm (ex).

Tapi anehnya, kok durasi dibuat lebih besar exhaust ya? “Memang seharusnya lebih besar ini. Tapi ini saya lakukan untuk mengejar kompresi rendah. Jadi, power bawahnya tidak terlalu galak,” jelas Gembor sembari bilang sudah terapkan kompresi 15,2 : 1. Perbandingan rasio 18/39 mata dipakai agar hantaran power sesuai keinginan. Yup!

DATA MODIFIKASI
Ban depan : IRC 45/90-17
Ban belakang : Eat My Dust 60/80-17
Pelek : TDR
Sok belakang : YSS
CDI : Yamaha Fino

Modif Suzuki Satria F-150 2008, Piston CBR Terbukti Ampuh Buat Satria F150


Piston Honda CBR150 dipakai di Suzuki Satria F-150 terbukti ampuh. Geberan Antonius Petruk itu jauh meninggalkan lawan dengan selisih waktu hampir 2 detik. Tepatnya di Karawang Drag Bike 2011 lalu.

Motor milik Roby Davidsen Tansil dari New Gaya Motor ini, jawara di kelas FFA s/d 250 cc 4-tak. “Berkat aplikasi piston milik Honda CBR150 yang lebih ringan,” jelas Sapuan, mekanik RMC Sapuan yang kelahiran Nganjuk, Jawa Timur itu.

Piston atau seher CBR150 cukup menguntungkan. Karena ringan dan bentuknya sudah seperti racing. Badan seher hanya sedikit yang bergesekan dengan dinding liner. Menguntungkan buat motor drag bike yang semuanya harus serba ringan.

Seher CBR150 yang digunakan oversize 300. Kini kapasitas silinder 215 cc karena sudah dibarengi naik stroke dengan penggantian setang seher punya Yamaha LS3.

"Diameter seher 66,5 mm dibarengi stroke jadi 62 mm. Ini setelah pen kruk as dimodifikasi dan aplikasi pakai setang piston Yamaha LS3,” imbuh mekanik dari Jl. Intan 1, No. 86, Harapan Jaya, Bekasi.

Gak hanya seher dan stroke yang naik, rencananya magnet juga begitu. Dibikin lebih maju teknologinya. Magnet dibikin seperti milik spesial engine. “Tapi, buat sendiri. Bentuknya mirip YZ125 namun sistem basah atau kerendam oli. Bobotnya dibikin 320 gram,” lanjut mekanik piawai kelistrikan ini.

Pilih bobot 320 gram (lebih berat 20 gram dari magnet asli YZ125 atau motor drag umumnya), jelas punya alasan. Kata pria sumringah ini, bobot sedikit berat untuk mengejar rpm tengah ke atas. Ditujukan imbangi bobot total Satria F-150 yang cukup berat di kelasnya.

Biar piston enggak mentok, kompresi diamankan dengan memapas lingkar luar atau mendem piston 2 mm. Volume ruang bakar didukung kem LHK dan knalpot handmade.

"Kem dapat dari pemilik motor tanpa diubah ulang. Karena speknya pas dengan karakter mesin. Cuma buka-tutup sangat rahasia,” yakin Sapuan. (motorplus.otomotifnet.com)

DATA MODIFIKASI
Karburtor : Keihin PJ34 (40/122)
Per kopling: DBS
Pengapian : BRT I-Max 24 Step
Sok belakang : Kitaco 32 clik
Arm : Aluminium Thailand

Modif Yamaha Mio 2008, Pecahkan Rekor Sendiri


Bulan ke-2 2010 lalu, Yamaha Mio 2005 garapan H. Khairil jadi yang tercepat di kelas matik s/d 200 cc 4-tak. Kini kesuksesan itu kembali ditoreh di ajang Karawang Drag Bike 2011, Minggu (20/2) lalu.

Saat itu Mio yang ditunggangi Danni Tilil berhasil memecahkan rekor dengan best time 8,459 detik. Sementara ditunggangi Ayip Rosidi, rekornya makin tajam jadi 8,279 detik atau lebih cepat 0,18 detik dari tahun lalu. Hebat!

Yang spesial, tampaknya penajaman waktu tak berpengaruh dengan penggunaan rangka. Sebab waktu pakai joki Danni Tilil, rangka motor pakai tipe aluminium. Sedang dipakai Ayib Rosisi, rangka harus standar sesuai regulasi tahun ini.
“Nggak nyangka juga lebih cepat dari tahun lalu. Padahal targetnya harus sama dari tahun lalu. Apalagi bobot motor sekarang ini selisihnya hampir 10 kg. Suatu prestasi yang baik,” kaget Pak Haji yang juga bikin mesin.

Lucunya lagi, waktu ditanya kenapa bisa lebih cepat bapak ramah ini juga bingung. Namun sebagai perkiraannya, perubahan di sektor pipa knalpot serta lubang buang dan masuk jadi kunci utama kesuksesannya.

“Ada beberapa ubahan setingan dari tahun lalu. Tapi intinya semua diriset ulang,” ujar H. Khairil, juragan SKN MDRT (Setia Kawan Madura Racing Team) di Jl. Raya Bogor, Jakarta Timur saat buka rahasia setingan.

Paling signifikan diameter lubang pangkal pipa knalpot stainless semakin kecil dan lekukannya rata sampai ke belakang. Kata Pak Haji, dulu diameternya 28 mm dengan tebal 0,8 mm, sekarang jadi 25 mm tebal pelat 0,5 mm. Makanya kalau digeber abis, pangkal pipa tampak merah membara.

“Suhu di ruang bakar tinggi kalau sampai knalpot membara. Perubahan ini sangat berpengaruh di putaran atas. Itu karena  pakai setingan spuyer lebih irit dari tahun lalu biar tenaga tidak ngedrop,” ujar bapak yang menyeting karbu PE28 pakai pilot-jet 45 dan main-jet 122.

Lalu aliran bensin masuk dapur pacu lewat klep diameter 31 mm (in) dan 28 mm (ex), geraknya diatur kem yang durasinya dipatok 264º (in) dan exhaust bermain di 263º. Alhasil, gas bakar di kompresi piston standar Tiger 63,5 mm dan dipadu stroke standar yaitu 57,9 mm. Total kapasitasnya pun jadi 183 cc.

“Pemakaian piston 63,5 mm yang dome-nya dibikin 2 mm itu, butuh penyesuaian kembali di kepala silinder. Mulai dari pemapasan head yang 0,8 mm untuk bisa bikin padat kompresi di ruang bakar,” bangga Pak Haji.

DATA MODIFIKASI
Ban : Eat My Dust
Pelek : TDR
Roller : Variasi 11 gram
Rasio : Kombinasi 16/42
CDI : Yamaha Fino

Aslinya Suzuki Satria F-150 punya Abdul Hamid Manan dari Pulogebang, Jakarta Timur ini, untuk turun di trek 800 meter. Cuma karena enggak ada lawan, Hari Novrian sang mekanik Hari Motor pun terpaksa turun spek.

“Kebetulan ada lawan yang spek-nya di bawah 800 meter. Hasil negosiasi sepakat jadi 600 meter. Pertama memang kalah karena bocor komporesi di head. Ke-2 malah bisa ninggal jauh motor lawan,” bangga mekanik di Jl. H. Naman, Blok R6, Pondok Kelapa, Jaktim.

Diakui Hari, motor tunggangan Dani Tilil ini tak banyak diubah untuk turun spek. Hanya agar mantap akselarasi tanpa mengurangi performa di top-speed. Seperti kompresi, awalnya 12,5:1 buat trek 600 meter naik jadi 13,5:1. Atu bisa dibilang naik satu poin agar putaran mesin bawah jadi lebih responsif.

"Maklum, trek lebih pendek kudu manjakan akselarasi. Apalagi rasio gigi 1 sampai 6 yang digarap koh Nanang Gunawan dari MCC untuk trek 800 meter masih dipakai. Paling gir ganti dari 16/34 jadi 15/35,” ujar mekanik disapa Uda ini.

Untuk bisa ninggalin rival, motor 250 cc setelah bore up juga naik stroke. Pakai piston Scorpio 70 mm dan stroke 66 mm setelah ganti stang piston RX-Z. Cuma harus geser pen kruk-as 9 mm dengan cara pen kruk-as asli diameter 28 mm diganti jadi 22 mm punya RX-Z. Lalu bekas lubang ditambal daging sambil dibuatkan lubang pen baru.

“Paking atas pakai standar 1 lembar. Paking bawah selain diganjal pelat aluminum 2 cm juga ditambah paking standar 1,5 mm,” ulas bapak dua anak ini.

Gabungan bensol biru, Pertamax dan udara dari karbu NSR SP reamer jadi 32 mm dengan spuyer 135/50. Buka-tutup diatur klep Thunder 125 yang punya ukuran 26 mm (in) dan 23 mm (ex).Diimbangi durasi kem 260 derajat baik untuk klep in maupun out.

Ayo siapa berani?. (www.motorplus-online.com)

Kampas Kopling Suzuki RGR

Komponen vital penentu kemenangan motor garapan Hari Novrian adalah kampas kopling. Tanpa didukung peranti mumpuni ini, tenaga motor hasil pembakaran akan percuma. Lantaran tenaga yang ditransfer tidak sepenuhnya dapat memutar roda belakang.

“Khusus untuk Satria F-150 ini, dipercayakan pada kampas kopling punya Suzuki RGR150. Selain memiliki material lebih kuat, penampang permukaan kampas juga lebih lebar. Risiko kampas selip jauh dari bayangan,” ujar Hari yang mempercayakan knalpot custom Joko Exhaust untuk pipa gas buang.

Dibanding aslinya, jika dipakai untuk balap biasanya tapak kampas gampang lepas. Selain itu umur pakai juga enggak bisa dipakai lebih dari 2 kali turun.
Anda sedang berada di: FDR-TIRELOGY
   

   1. Sesungguhnya apa saja fungsi dari ban motor?
   2. Terdapat begitu banyak simbol dan kode pada ban. Apa saja arti dari simbol dan kode tersebut?
   3. Mengapa ban saya cepat habis?
   4. Bagaimana cara memasang ban yang baik dan benar?
   5. Bagaimana cara merawat ban agar lebih awet dan tahan lama?
   6. Tekanan angin ban tubeless saya berkurang secara tidak wajar padahal tidak tertusuk paku. Apa yang harus saya lakukan?
   7. Saya memiliki ban yang sedang tidak dipakai/dipasang pada motor. Bagaimana cara saya menyimpan ban dengan baik?
   8. Ban Racing FDR tentu memiliki keunggulan tersendiri. Apa saja keunggulannya?
   9. Ban tubeless saya dikatakan oleh mekanik tidak bisa ditambal kecuali ditambal dengan cara khusus dari dalam, apa maksudnya?
  10. Saya baru saja membeli Honda New Supra X 125 CW. Ingin mengganti ban standar dengan ban Racing tubeless FDR ukuran 90/80-17, apakah bisa sesuai dengan velg bawaan pabrik?

   
   

   1. Sesungguhnya apa saja fungsi dari ban motor?
      Ban adalah salah satu komponen kendaraan yang berfungsi:
      1. Sebagai pengendali arah kendaraan
      2. Sebagai penanggung berat beban kendaraan termasuk penumpangnya
      3. Sebagai penerus tenaga dari mesin
      4. Sebagai sistem peredam/suspensi dari sepeda motor

   2. Terdapat begitu banyak simbol dan kode pada ban. Apa saja arti dari simbol dan kode tersebut?
      Pada sebuah ban, dapat Anda temukan informasi seperti ukuran ban, TWI (Tread Wear Indicator), Tipe ban: tubeless atau tubetype, Nomor Lot, Speed Simbol & Load index, Anak Panah, hingga beban maksimum. Semua ini merupakan faktor penting yang perlu Anda pertimbangkan sebelum membeli ban sesuai kebutuhan Anda.

      Untuk informasi lebih lengkap mengenai kode dan simbol ban, silakan download file berikut. Anda membutuhkan Adobe Acrobat Reader untuk membuka file PDF ini.

   3. Mengapa ban saya cepat habis?
      Beberapa hal yang dapat mempercepat keausan ban:
      1. Tekanan angin kurang/berlebih
      2. Beban berlebihan
      3. Pengereman dan akselerasi yang berlebihan
      4. Kondisi musim (Musim kemarau ban akan lebih cepat aus)
      5. Power motor besar tetapi penggunaan ban relatif kecil
      6. Material karet kompon ban (Kompon lunak akan lebih cepat habis daripada kompon keras)

   4. Bagaimana cara memasang ban yang baik dan benar?
      Dalam memasang ban ada beberapa hal yang harus diperhatikan demi keselamatan pengendara dan keawetan ban diantaranya:
      1. Gunakan peralatan yang tidak merusak ban atau velg.
      2. Pastikan velg sejajar dengan rim line saat terpasang.
      3. Pastikan arah putar sesuai dengan petunjuk.
      4. Cek tekanan angin agar sesuai dengan standardnya.
      5. Sesuaikan ukuran ban dalam terhadap ban luarnya.
      6. Pastikan tidak ada benda asing seperti krikil tajam, beling atau paku di dalam ban.
      7. Gunakan selalu rim tape untuk melindungi ban dalam dari tusukan spoke velg.
      8. Pastikan bahwa posisi “Valve” ban dalam sesuai dengan tanda posisi “Valve” yang tertera pada ban.
      9. Kencangkan mur ban dalam seperlunya.
      10. Setelah mengganti ban belakang sejajarkan posisinya agar lurus terhadap ban depan untuk menghindari keolengan.
      11. Setelah ban terpasang tarik beberapa kali tuas rem terutama rem hidrolik sampai terasa tekanan rem sudah kembali normal untuk menghindari terjadinya rem blong.


   5. Bagaimana cara merawat ban agar lebih awet dan tahan lama?
      Berikut beberapa tips untuk merawat ban Anda:
      1. Periksa tekanan angin dan kondisi fisik secara berkala.
      2. Saat motor diparkir gunakan standard tengah untuk mengurangi tekanan pada ban pada posisi yang sama diwaktu yang lama.
      3. Hindari kontaminasi dengan cairan2 kimia yang merusak,olie dan bensin segera bersihkan dengan air dan sabun jika terkena cairan tersebut.
      4. Hindari kontak dengan sinar matahari dengan waktu yang lama karena akan membuat karakter karet ban berubah.
      5. Demi keamanan, ganti ban yang sudah melewati batas TWI.

   6. Tekanan angin ban tubeless saya berkurang secara tidak wajar padahal tidak tertusuk paku. Apa yang harus saya lakukan?
      1. Periksa apakah ukuran ban terhadap velg sudah sesuai.
      2. Periksa valve terhadap kebocoran ganti jika perlu.
      3. Periksa bibir velg yang bersentuhan dengan ban apakah masih mulus atau sudah rusak karena bengkok, cat terkelupas, ada benda asing, permukaan kasar atau ketidaksempurnaan lainnya, perbaiki/ganti jika perlu.
      4. Periksa apakah ban pernah ditambal, jika ya cek kondisinya perbaiki/ganti ban jika diperlukan.
      5. Periksa kondisi velg terhadap keretakan, jika velg pernah bengkok dan dipress ulang maka ada kemungkinan velg retak sehingga velg harus diganti.
      6. Periksa apakah rim line sudah sejajar dengan bibir velg, perbaiki posisinya jika perlu.

   7. Saya memiliki ban yang sedang tidak dipakai/dipasang pada motor. Bagaimana cara saya menyimpan ban dengan baik?
      1. Pastikan ruangan terlindung dari sinar matahari dan UV.
      2. Pastikan bahwa temperatur ruangan terjaga agar tidak terjadi perubahan suhu yang extrim secara terus menerus.
      3. Penyimpanan jangan ditumpuk,sebaiknya didirikan satu persatu.

   8. Ban Racing FDR tentu memiliki keunggulan tersendiri. Apa saja keunggulannya?
      Ban Racing FDR memiliki banyak kelebihan, seperti fitur V Profile, ABLS (Advanced Bead Locking System), SCS (Superior Chain Structure), dan DC TECH (Dual Compound Technology).
      Fitur-fitur unggulan ban Racing FDR tersebut diwakilkan dalam ikon/simbol yang dapat Anda temukan pada halaman masing-masing produk ban FDR. Jadi sebelum membeli, pastikan Anda mengetahui keunggulan fitur masing-masing.

   9. Ban tubeless saya dikatakan oleh mekanik tidak bisa ditambal kecuali ditambal dengan cara khusus dari dalam, apa maksudnya?
      Ada beberapa metode dalam menambal ban tubeless, diantaranya adalah:

      1.Penambalan dari luar
      Adalah metode penambalan yang paling banyak dan sering dilakukan oleh bengkel-bengkel tambal ban.Metode ini bisa dilakukan jika kebocoran pada ban tidak besar dan berada pada area crown.

      2.Penambalan dari dalam
      Adalah metode penambalan dari sisi dalam ban dengan tambahan material penambal khusus yaitu Rubber Patch. Metode ini diperlukan jika lubang kebocoran pada ban dinyatakan besar.

      Jika lubang pada ban menyebabkan benang cord terputus sebaiknya ban diganti.

  10. Saya baru saja membeli Honda New Supra X 125 CW. Ingin mengganti ban standar dengan ban Racing tubeless FDR ukuran 90/80-17, apakah bisa sesuai dengan velg bawaan pabrik?

      Honda New Supra-X 125 CW memakai velg standard untuk depan ukuran 1.40-17 dengan ukuran ban 70/90-17 sedangkan belakang 1.60-17 dengan ukuran ban 80/90-17. Penggunaan Rim yang disarankan untuk ukuran ban 90/80-17 adalah 1.85-17. Meskipun demikian velg yang Anda gunakan masih dalam area kebolehan penggunaan pada size tire tersebut.

      Berikut adalah tabel Ukuran ban beserta ukuran velg yang diperbolehkan:

      Untuk Rasio /60 atau /70
      LEBAR    UKURAN VELG
      80    MT 1.85    MT 2.15    MT 2.50   
         
      100    MT 2.50    MT 2.75    MT 3.00    
         
      110    2.50 A    MT 2.50    MT 2.75    MT 3.00    MT 3.50
      120    MT 2.75    MT 3.00    MT 3.50    MT 3.75   
      130    MT 3.00    MT 3.50    MT 3.75    MT 4.00   
      140    MT 3.50    MT 3.75    MT 4.00    MT 4.25    MT 4.50

      Untuk Rasio /80, /90 atau /100
      LEBAR    UKURAN VELG
      50    1.20    1.40   
      60    1.20    1.40    1.50    MT 1.50    1.60    MT 1.60   
      70    1.40    1.50    MT 1.50    1.60    1.85    MT 1.60    MT 1.85   
      80    1.60    MT 1.60    1.85    2.15    MT 1.85    MT 2.15   
      90    1.85    MT 1.85    2.15    2.50    MT 2.15    MT 2.50    2.50 C         
      110    2.15    MT 2.15    2.50    2.75    3.00    MT 2.50    MT 2.75    MT 3.00    2.50 C
      120    2.50    MT 2.50    2.75    3.00    MT 2.75    MT 3.00   
      130    2.50    MT 2.50    2.75    MT 2.75    3.00    MT 3.00    MT 3.50   
      140    MT 2.75    MT 3.00    MT 3.50    MT 3.75   
      150    MT 3.00    MT 3.50    MT 3.75    MT 4.00    MT 4.25   
      Ket: MT = Rim Tubeless


   
 PT Suryaraya Rubberindo Industries. Read the DISCLAIMER. Site developed by KogenMedia.

Warweryar bengkel

Gilang dan Rey Ratukore
Gilang dan Rey Juarai FDR KYT Rookies Cup Seri Perdana 11 April 2011

Event perdana FDR KYT Rookies Cup sukses digelar di Sirkuit Internasional Sentul, Bogor bersamaan dengan event Indospeed Race Series (IRS) putaran pertama pada hari minggu (10/04). Kejuaraan ini memperlombakan kelas underbone 110cc dan 125cc dengan spesifikasi teknis motor dan sirkuit seperti Indoprix. Kejuaraan ini terbuka untuk semua pembalap, kecuali pembalap yang terdaftar sebagai pembalap Indoprix kategori "A".

FDR sebagai pelopor ban balap nasional pernah berpengalaman mendukung lahirnya Motorprix dan Indoprix, kini FDR tertantang ikut mendukung balapan yang berformat baru Rookies Cup yang merupakan jalur alternatif pembalap menuju Indoprix. Dengan adanya FDR KYT Rookies Cup pembalap-pembalap yang selama ini hanya merasakan sirkuit pasar senggol (Sirkuit dadakan) bisa mencicipi dan memperoleh pengalaman bertanding di Sirkuit besar setaraf Sentul, diharapkan skill pembalap kedepannya lebih mumpuni dan membuat lahir talenta-talenta muda yang siap untuk jenjang balap lebih tinggi., para pembalap tidak hanya jago di Sirkuit pasar senggol tapi juga jago di Sirkuit besar seperti Sentul.

Walaupun didukung ban FDR namun tidak mewajibkan peserta untuk memakai ban FDR, hal ini dimaksudkan agar baik pembalap maupun mekanik bisa mensetting tunggangan yang paling pas saat lomba dilaksanakan, sehingga bisa berlomba secara maksimal dan menambah bibit-bibit pembalap baru yang berprestasi.Pembebasan penggunaan ban ini juga menjadi bukti kuat jika FDR ikut berpartisipasi melaksanakan pembinaan dan pembibitan pembalap ditanah air dan tidak hanya mengejar bisnis semata.

Tampil sebagai juara dikelas 125cc IP1 Gilang Pranata Sukma dari tim Yamaha Yamalube Kyt Tunggal Jaya ASH diikuti oleh rekan satu timnya Ferlando Herdian, ditempat ketiga ditempati dan M. Lucky dari tim Kawasaki Denso Junior KYT, sementara itu dikelas 110cc IP2 pembalap yang berhasil finish pertama adalah Rey Ratukore dari tim Federal Oil KYT Indoparts Powered by BRT, posisi kedua diraih oleh Owie nurhuda dari tim Honda MS KYT TDR Denso BRT diikuti oleh Gilang Pranata Sukma dari tim Yamaha Yamalube Kyt Tunggal Jaya ASH di posisi ketiga, kesemuanya memakai ban FDR.

FDR KYT Rookies Cup masih menyisakan 4 putaran yaitu putaran II tanggal 15 Mei, putaran III tanggal 24 Juli, putaran IV tanggal 11 September dan putaran terakhir tanggal 4 Desember. Jadi masih banyak kesempatan pembalap untuk mengejar ketertinggalan point untuk dapat menjadi Juara Nasional FDR KYT Rookies Cup untuk pertama kalinya.

HASIL BALAP.
A. 125cc
1. Gilang Pranata Sukma - Yamaha Yamalube Kyt Tunggal Jaya ASH - 24:32.690
2. Ferlando Herdian - Yamaha Yamalube Kyt Tunggal Jaya ASH - 24:32.736
3. M. Lucky - Kawasaki Denso Junior KYT - 24:40.131
4. M. Yunus - BIEN Racing Bogor - 25:21.309
5. Zefanya Iqbal - Kawasaki Denso Junior KYT - 26:19.098

B. 110cc
1. Rey Ratukore - Federal Oil KYT Indoparts Powered by BRT - 24:58.216
2. Owie nurhuda - Honda MS KYT TDR Denso BRT - 24:58.332
3. Gilang Pranata Sukma - Yamaha Yamalube Kyt Tunggal Jaya ASH - 24:58.339
4. Ferlando Herdian - Yamaha Yamalube Kyt Tunggal Jaya ASH - 24:58.399
5. M. Lucky - Kawasaki Denso Junior KYT - 24:42.033